Title : Sang Dewi Bulan
Genre : Friendship / Fantasi / Imagine
Cast : 1. Murnita Arvelyta Diggory
2. Gabriel Stevent Damanik
3. Alika Reina Caldwallader
4. Aro Adrian Bones
Support cast : Other
Nb : Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Author Cuma pinjem nama ._.v Jika ada kesamaaan tempat, kejadian dll hanya kebetulan.
~~~
Gadis manis itu menghentikan langkahnya ketika melihat kerumunan di taman WHU, disana ada Proffesor Nazfa Mcgonagall dan Proffesor Aurora Sinistra dan hey, bahkan ada Proffesor Rowena Ravenclaw. Tumben banget, ada apaan ya ? pikir gadis manis itu penasaran. Tanpa sadar langkah kakinya mendekat kearah kerumunan itu.
“Ada apa Proffesor Nazfa ?” tanya gadis itu karena memang yang paling dekat dengan posisinya adalah Proffesor Nazfa.
“Eh kau Murnita, itu ada satu orang wizzy lagi yang yah you-know-why. Sebulan ini sudah tiga orang” kata Proffesor Nazfa dengan lirih. Tersirat dengan jelas kesedihan Proffesor ini dari raut wajahnya.
“Siapa Proff ?” tanya Nita, gadis manis, itu dengan bibir bergetar. Sebisa mungkin dia menahan dirinya agar tidak jatuh saat itu juga.
“Arandrio Granger. Mungkin kau kenal ?”
“Ah, ya aku memang mengenalnya dan cukup dekat dengannya”
“Yah, sebaiknya kau berhati-hati. Kurasa WHU sudah tidak cukup aman bagi kita”
“Baik Proff” jawab Nita lirih. Sedetik kemudian Proffesor Nazfa sudah sibuk membantu Proffesor Rara dan Proffesor Rewena memindahkan korban, Arandrio Granger, ke ST. Mungo.
~~~
Wizard of Hogwarts University. Disinilah tempatku berada sekarang. Dikelilingi para calon penyihir hebat. Aku tak ingat bagaimana aku bisa berada disini, yang jelas setelah insiden di rumah keluargaku di Wangshiton yang menyebabkan seluruh keluargaku tewas, kecuali aku. Aku tak ingat jelas bagaimana keluargaku bisa tewas, hanya sebuah cahaya yang sangat terang yang nampak di mataku dan setelah itu semuanya gelap, dan ketika aku sadar Proffesor Rowena Ravenclaw sudah berada disisku dan juga jenazah keluargaku. Beliau menawarkan padaku untuk ikut bersamanya. Karena tak punya pilihan lain akupun setuju. Dan disinilah aku sekarang, sudah 6 tahun berlalu sejak kejadian itu. Kini aku merupakan wizard tingkat 6 di WHU, artinya sebentar lagi aku akan lulus dan bisa keluar dari WHU, bukan aku tak menyukai WHU. Hanya saja keinginanku melihat dunia luar jauh lebih besar. 6 tahun berada disini sungguh mengesankan, tetapi aku sudah dewasa, 7 bulan lagi aku berusia 17 tahun dan kupikir memang seharusnya aku membuka diri untuk hal itu. Tapi.....
“Hei kak Nita, nggak tidur ? Ngelamun aja dari tadi” suara riang seorang gadis cantik menghentikan pikiran-pikiran yang berkelebat di dalam otakku.
“Eh ya Icha, ini juga mau tidur kok. Kau sendiri nggak tidur” tanyaku. Icha menggeleng perlahan. “Kenapa ?”
“Lagi belajar ini, tapi nggak ngerti” jawabnya manja sambil menyodorkan sebuah buku. Adik tingkatku yang satu ini memang sangat manja juga menyenangkan.
“Ohh, Rune Kuno. Mananya yang nggak ngerti ?”
“Ini” tunjuknya.
“Ini ? Kalo yang ini .......”
~~~
Bangunan di puncak bukit sana tampak seperti reruntuhan bangunan tua. Tapi aku yakin itu bukan sekedar reruntuhan bangunan tua tak terpakai. Aku sangat yakin kau ada disana dan aku akan mendapatkanmu.
~~~
Murnita Arvelyta Diggory. Gadis manis itu terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah. Dipeganginya dada kirinya, dia merasakan jantungnya berdetak berkali-kali lipat lebih cepat. Ditariknya nafas sekuat dia bisa, dan dihembuskannya dengan perlahan. Siapa lagi korban kali ini ? pikirnya miris. Baru saja dia merasa tenag karena dalam 2 bulan ini WHU aman, tetapi malam ini, mimpi itu. Selalu saja, setelah dia bermimpi, mimpi yang sungguh mengerikan, maka akan ada wizard dari WHU yang tewas. Entah hanya kebetulan atau memang seperti itu, hal ini sudah berlangsung 4 kali dalam 3 bulan ini. Selly Stompson, Rich Goldstein, Arandrio Granger, Irene Greengrass . Setelah itu siapa lagi ? memikirkannya membuatnya pusing. Mereka semua adalah orang yang dekat dengan Nita. Sepintas diliriknya jam weker di meja samping ranjangnya. Baru pukul 3 dini hari , batinnya. Masih banyak waktu, aku harus bisa berfikiran positif, semua ini hanya kebetulan, pikirnya coba menguatkan diri.
Tuk tuk tuk.
Samar-samar Nita mendengar suara langkah terburu-buru. Segera dia keluar dari kamarnya dan dilihatnya Proffesor Nazfa di koridor dengan langkah terbur-buru.Bahkan beliau masih mengenakan baju tidurnya. Pasti ada yang tak beres, pikirnya.
“Kau sudah bangun Nita ?” tanya Proffesor Nazfa saat berpapasan dengan Nita.
“Iya”
“Sebaiknya kau cepat masuk kembali ke kamarmu”
“Siapa ?” tanya Nita. Proffesor Nazfa tersentak dan menghentikan langkahnya.
“Apa maksudmu ?”
“Aku tau. Siapa korban kali ini ?” tanya Nita dengan suara begretar.
“Aleena Johnson. Maaf aku buru-buru dan kita akan bicara setelah ini” kata Proffesor Nazfa sambil melangkan meninggalkan Nita yang masih mematung di koridor dengan mata merah menahan tangis.
~~~
“Jadi kau selalu bermimpi seperti itu ?” tanya Proffesor Rowena halus. Nita hanya menganggukkan kepalanya.
“Kenapa tak bilang dari dulu ?” tanya Proffesor Rara.
“Tadinya ku kira hanya kebetulan, tapi entahlah aku baru sadar sejak kematian Irene. Maafkan aku. Mereka, mereka adalah orang-orang yang dekat denganku. Aku merasa sangat bersalah atas kejadian ini” jawab Nita lirih.
“Yasudah tak apa, tetapi sebaiknya kau berhati-hati. Siapa tau kau juga di incar” Kata Proffesor Rowena bijak. Nita mengangguk lemah dan keluar meninggalkan ruangan Proffesor Rowena.
“Hei, kanu Murnita Arvelyta Diggory ?” sebuah suara mengagetkan Nita begitu dia keluar dari ruang Proffesor Rowena. Dilihatnya seorang pemuda berdiri dengan menyangga tubuhnya ke tembok, yah, tampak cool. Disebelahnya ada seorang gadis cantik yang memandang Nita dengan tatapan yang sulit di artikan.
“Ya. Kau siapa ? Ada perlu denganku ?” Tanya Nita dengan tatapan bingung.
“Eh ya kenalkan aku Alika Reina Caldwallader, dan ini kakakku Aro Adrian Bones” jawab gadis cantik bernama Alika itu sambil mengulurkan tangannya.
“Oh yaya, Hai Alika dan Aro” jawab Nita agak gugup sambil menyalami Alika. “Kalian ada perlu denganku ?” tanya Nita memastikan. Aro dan Alika berpandangan sebentar.
“Tidak. Kami hanya ingin berteman dekat denganmu. Bolehkan ?” tanya Alika ramah. Nita memiringkan kepalanya tanda kebingungan.
“Ya, tak masalah sih” jawab Nita sambil menggaruk belakang kepalanya meskipun tak gatal sama sekali, hanya itu usaha yang dapat dilakukannya untuk menutupi kegugupannya.
“Kalo begitu ayo kita makan siang” ajak Alika dengan riang sambil menarik tangan Nita menuju GH. Aro hanya mengikuti mereka dari belakang.
Mereka duduk bertiga. Para wizard lainnya memandang mereka dengan heran. Tak biasanya Alika dan Aro duduk semeja dengan orang lain. Mereka kakak adik yang sangat tertutup dan membatasi pergaulan. Tapi toh mereka bertiga acuh saja dan tetep menikmati makan siang mereka. Nita melihat Aro yang kebetulan duduk di depannya, eksprisinya sulit di gambarkan. Dia tampak geram tetapi entah karena apa. Tiba-tiba saja dia berdiri dan pergi.
“Loh ? Kak Aro ? Kak ?” Alika yang kebingungan dengan sikap kakaknya segera berdiri dan mengikutinya. Nita juga segera menyusul.
“Kak ? Kak Aro kenapa ? Ada apa ?” tanya Alika sambil menyejajarkan langkahnya dengan Aro. Seperti keseurupan Aro tak menghiraukannya sama sekali, dia terus berjalan menjauh menuju hutan terlarang. Nita mengehatikan langkahnya, Aro dan Alika sudah jauh masuk ke hutan. Kita dilarang kesana, situasi di WHU sedang tidak aman, pikir Nita. Tapi dia tidak bisa membiarkan mereka pergi kesana. Nita berlari secepat mungkin menyusul mereka.
Nita berhenti seketika ketika menyadari Aro sedang berkelahi dengan seorang pemuda yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Dia yakin pemuda itu bukanlah Wizard WHU. Pandangan aro tampak penuh amarah saat menatap pemuda itu. Sementara itu di dekat pohon besar Alika tampak siaga dengan wandnya. Tangannya bergetar ketakutan. Nita segera menghampirinya.
“Ada apa ? kenapa mereka berkelahi ?” tanya Nita.
“Entahlah. Kami berpapasan dengannya dan kak Aro langsung menyerangnya” jawab Alika dengan suara bergetar. Aro bertarung tanpa wandnya. Nita merasa ini semua tidak beres.
“Levicorpus” Nita mengarahkan wandnya ke Aro dan pemuda tak dikenal itu. Seketika mereka melayang ke udara saat aro hendak meninju pipi pemuda itu. Mereka berdua terdiam dan menoleh ke arah Nita. Ekspresi mereka berdua sungguh berbeda, Aro dengan ekspresi kesalnya sedangkan pemuda itu dengan ekspresi sangat bahagia seperti baru menemukan harta karun.
“Turunkan !” Seru Aro. Nita menggeleng tegas.
“Tidak sampai kalian berdua berjanji tidak akan berkelahi” jawab Nita santai sambil mengusap-usap kuku cantikknya ke jubahnya.
“Tidak ! Aku ada urusan dengannya” tolak Aro mentah-mentah.
“Baiklah, aku tidak akan menurunkan kalian” jawab Nita santai.
“Oh ya ampun. Baiklan oke oke” jawab Aro pasrah.
“Liberacorpus“
BRUK ! Seketika mereka berdua jatuh ketanah dengan keras.
“Sebaiknya kita segera menemui Proffesor Rowena” kata Nita sambil berlalu pergi. Alika mengikutinya di ikuti Aro dan pemuda tak dikenal itu. Mereka masih saling berpandangan penuh rasa banci. Perlahan pemuda tak dikenal itu menyetarakan langkahnya dengan Nita. Aro segera menghalaunya agar menjauh dari Nita. Berulang-ulang kali seperti itu sampai Nita kesal.
“Kalian berdua ini kenapa sih ?” Nita menghentikan langkahnya dan berdecak pinggang memangdang mereka berdua. Mereka berdua hanya diam.
“Ckckckckck. Sudah-sudah ayo” Nita menarik lengan Alika dan berjalan lebih cepat.
~~~
“Bagaimana ?” tanya Nita saat Aro dan pemuda tak dikenal itu keluar dari ruang Proffesor Rowena. Dia sudah menunggu sejak tadi di depan ruang Proffesor Rowena, setelah sebelumnya mengantar Alika ke CR karena mukanya tampak pucat. Mungkin dia agak syok.
“Dia akan berada disini sampai waktu yang tidak ditentukan. Dia akan menginap di asrama kita” jawab Aro sambil melirik pemuda itu dengan malas.
“Ohhh. Oh ya siapa namamu ?” tanya Nita sambil mengulurkan tangannya.
“Gabriel Stevent Damanik. Kau bisa memanggilku Gabriel. Kau Murnita Arvelyta Diggory kan ?” tannyanya ramah tetapi tak menanggapi uluran tangannya.
“Yaa, darimana kau tau ?” tanya Nita heran.
“Sebaiknya kita segera ke asrama, mungkin Proffesor Nazfa tengah kebingungan mencari kita” kata Aro dengan segera saat dilihatnya Gabriel sudah membuka mulut untuk menjawab. Aro menarik lengan Nita menuju asrama Hufflepuff. Sementara Gabriel mengikutinya dari belakang.
~~~
“Kak Nita ?” Icha tampak merajuk karena dari tadi Nita sibuk dengan buku herbologinya dan tak menghiraukan dirinya.
“Hmm” jawab Nita singkat.
“Ah kak Nita nggak asik” seru Icha kesal. Nita mengalihkan pandangannya ke Icha dan menutup bukunya.
“Maaf deh, ada apa ? Mau minta ajarin ?” tanya Nita.
“Buka, umm itu si Gabriel. Cowok yang di asrama kita itu. Kayaknya kakak deket banget sama dia” tanya Icha curiga.
“Gabriel ? Enggak kok biasa aja. Sama aja kayak deketnya aku ke kamu, Alika dan Aro” jawab Nita santai.
“Enggak, beda” rajuk Icha.
“Yah sesukamu ajalah” jawab Nita menyerah.
“Lagian ya kak ada apaan sih kok dia sampe tinggal di WHU gitu ? Dia kan bukan wizard WHU. Udah gitu kerjaannya cuma bolak-balik ke kantor Proffesor Rowena” tanya Icha penasaran.
“Yaa mana aku tau Icha” jawab Nita gemas. “Yaudah deh ya aku tidur duluan” kata Nita sambil menutup tubuhnya dengan selimut hingga batas dada.
~~~
Nita terbangun dengan nafas terengah. Disudut ruangan dilihatnya sosok Gabriel. Diambilnya wandnya.
“Lumos” Nita mengarahkan wandnya ke sudut ruangan. Tak ada siapapun disana. Di usapnya keringat yang meluncur dari pelipis matanya.
Perasaannya tak tenang. Seketika dingin langsung menyerang kulitnya yang terbalut sweater berwarna cokelat. Dia turun dari ranjangnya dan melangkah keluar menuju ruang santai. Dia segera duduk di kursi santai dekat perapian. Pikirannnya melayang kemana-mana. Mengenang semua yang pernah di alamianya. Wajah keluarganya bergantian tampil secara slide di pelupuk matanya.
“Sebaiknya kau cepat tidur, udara malam ini sangat dingin. Tak baik untuk kesehatanmu” sebuah suara mengagetkan Nita. Dia segera menolehkan kepalanya kearah tangga, tempat dimana suara itu berasal.
“Aku tak bisa tidur hehehe. Kau sendiri kenapa Gab ?”
“Ah, aku pun sama” jawab Gabriel sambil duduk disamping Nita. “Sweatermu mungkin kurang tebal” kata Gabriel sambil menyampirkan selimut yang dibawanya ke pundak Nita.
“Ah, tidak perlu. Aku cukup hangat kok” tolaknya seraya menyodorkan kembali selimut itu. Tak sengaja tangan mereka bersentuhan. Ini pertama kalinya kulit mereka slaing tersentuh. Nita tersentak kaget. “Tanganmu dingin sekali, kau sakit ?” tanya Nita khawatir.
“Tidak tidak. Aku baik-baik saja” Gabriel menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Nita tetap memaksa. Dipegangnya kening Gabriel, sangat dingin, pikirnya.
“Oke, kita akan ke ST. Mungo” Nita menyeret lengan Gabriel secara paksa.
“Biarkan saja Nita. Kau segera kembali ke kamarmu” sebuah suara menghentikan langkah Nita. Dilihatnya Proffesor Nazfa telah berdiri di seberang ruanagan.
“Tapi, tapi proff......” sanggah Nita.
“Tak apa, biar aku yang mengurusnya. Kau segera kembali ke kamarmu kalau tak ingin sakit juga” kata Proffesor Nazfa tegas. Nita tertunduk dan melangkah menuju kamarnya dengan perlahan.
“Kau harus lebih hati-hati, Nita adalah gadis yang kritis” kata Proffesor Nazfa sambil berlalu meuju kamarnya kembali.
“Iya, terima kasih”
~~~
“Kau !” Aro memekik tertahan ketika Nita jalan berdua bersama Gabriel menuju meja yang telah terisi oleh Alika dan Aro. “Sudah kubilang jangan dekat-dekat Nita” kata Aro sinis.
“Apa urusanmu ?” tanya Gabriel balik.
“Sudah. Apa tak bisa kalian itu tiap bertemu akur ?” tanya Nita kesal pasalnya dia yang selalu dikambinghitamkan atas keributan mereka berdua.
“Aku itu ngelindungin kamu tau” jawab Aro jutek
“Aroku sayang, aku baik-baik aja. Disini nggak ada apa-apa, jadi kamu nggak perlu ngelindungin aku dari apapun” jawab Nita santai.
“Justru aku ngelindungin kamu dari setan ini” jawab Ari sambil menunjuk Gabriel.
“Eh udah deh ya nggak usah ribut”
“Iya nih kak, nggak penting banget” seru Alika malas.
“Alika, kamu tau kan kalo.....” protes Aro.
“Sssstttt ya aku tau. Udah diem” kata Alika jutek.
“Kenapa sih ?” tanya Nita penasaran.
“Gak papa. Dan buat kamu, setan kelalawar. Jangan deket-deket Nita lagi. Atau nyawamu melayang” kesal Aro sambil beranjak meninggalkan mereka.
“Duh si Aro bercandanya kelewatan deh” kata Nita kesal.
“Gak papa kok”
“Jangan di a,bil hati deh ya. Eya udah nggk sakit lagi kan ?” tanya Nita sambil berusaha menyentuh kening Gabriel. Tapi Gabriel mengelak sebisa mungkin.
“Eh iya, udah sembuh kok. Aku ke Proffesor rowena dulu ya, tadi udah janjian satelah makan siang” jawab Agbriel sambil berlalu pergi. Padahal dia belum makan sedikitpun, pikir Nita. Hari ini orang-orang sungguh aneh.
~~~
“Astaga Murnita ! Kebapa menangis ?” tanya Proffesor Nazfa ketika tiba di ruang santai CR Hufflepuff. Sebelumnya dia memang mendengar suara tangisan, tetapi dia tak menyangka bahwa yang menangis adalah Nita. Degera dipeluknya gadis itu. “Ada apa ?” tanya Proffesor Nazfa halus.
“Mimpi itu, itu datang lagi” jawab Nita sambil terisak.
“Astaga ! Sebaiknya kau segera masuk kembali ke kamar, aku akan menemui Proffesor Rowena” kata Proffesor Nazfa dengan terburu-buru sambil setengah berlari menuju Ruang Proffesor Rowena.
Ketika melewati tamah WHU dilihatnya proffesor Rowena disana dengan seorang pemuda.
“Prof, Gabriel ?” Proffesor Nazfa mendekat
“Ya Proffesor Nazfa, satu lagi korban” jawab proffesor Rowena sedih.
“Siapa prof ?” tanya Proffesor Nazfa dengan terbata.
“Sebaiknya kau lihat sendiri” jawabnya lirih. Proffesor Nazfa melangkah mendekati tubuh gadis yang terbaring dengan lunglai di tanah.
“Astaga Icha !” Proffesor nazfa syok. Pasalnya Icha adalah wizard asramanya dan juga teman sekamar Nita.
“Maaf, padahal aku tadi tak bisa menangkapnya” kata Gabriel penuh sesal.
“Sudahlah tak apa. Sebaiknya kita memperketat penjagaan, kita cuma aman saat berada di dalam gedung. Jangan izinkan wizard keluar gedung meskipun di siang hari” kata Proffesor Rowena. “Dan untuk Nita, saya agak khawatir tentangnya, maka dari itu tolong awasi dia ya. Nanti saya juga akan meminta bantuan proffesor lain”
~~~
“Sudahlah, jangan sedih lagi” hibur Alika karena seharian Nita sangan pendiam. Nita hanya mengangguk lemah.
“Aku ingin sendiri dulu” kata Nita beranjak pergi. Ditinggalkannya Alika dengan tampang iba.
Dilangkahkannya kakinya menuju taman WHU. Sampai sebuah tangan seseorang menahannya.
“Jangan” kata orang yang menahannya itu.
“Tapi Proffesor Nuvha, aku....”
“Aku tau, tapi sebaiknya kau memang tidak kesana” kata Proffesor Nuvha halus.
“Baiklah” kata Nita lalu beranjak pergi. Kakinya melangkah menuju ruang herbologi.
“Sabaiknya kau tak sendirian” kata Gabriel yang entah darimana sudah berada didekatnya. Padahal dia yakin sekali bahwa dia adalah satu-satnya orang yang ada di koridor itu.
“Aku butuh sendiri”
“Tidak, sebaiknya kita kembali ke CR”
“Apakah semua orang di WHU berniat mengurungku ? Sejak tadi semua orang melarangku ini itu” katanya kesal sembari mengingat Proffesor Nazfa yang melarangnya menuju kamar mandi sendirian, Proffesor Arvina yang melarangnya menuju menara astronomi, proffesor Roxas yang melarangnya sendirian di perpustakaan, lalu Proffesor Nuvha dan sekarang Gabriel. Rasanyaa hari ini semua orang over protective padanya.
“Tidak, aku hanya ingin melindungimu”
“Melindungiku ? Dari apa ? Aku tak pernah tau kebenaran di balik semua yang terjadi. Kenapa rumah keluargaku diserang, kenapa keluargaku meninggal dan hanya aku yang selamat ? Kenapa aku berada di WHU ? Dan kenapa kau datang dengan tiba-tiba dan berkata bahwa kau ingin melindungiku ? Semua ini sungguh memuakkan” cerca Nita lepas kontrol.
“Setidaknya hidupmu lebih berharga dibanding hidupku. Immortal yang dibenci banyak manusia dan penyihr. Setan yang dijauhi semua bangsa. Sudah sebaiknya kau segera kambali ke CR” kata Gabriel sambil berlalu meninggalkan Nita.
~~~
Hidupku ? Untuk apa aku hidup ? Semua keluargaku telah meninggal, ahnya aku. Sendiri. Terperangkap dalam ruang yang tak kumengerti. Berbagai sosok hadir dengan tak terduga, tak pernah ku tau apa maunya takdirku. Hidupku. Mungkin hanya sepenggal kisah klasik tak berharga. Tetapi sosok-sosok itu, Selly Stompson, Rich Goldstein, Arandrio Granger, Irene Greengrass, Aleena Johnson, Icha Caldwallder. Kenapa kalian ? Kenapa bukan aku ? Dan Alika, ah ya gadis cantik itu sungguh mempesona. Dan Aro, entahlah, akupun tak tau ? Mereka tiba-tiba saja masuk kedalam lingkaran hidupku. Dan Gabriel, Gabriel Stevent Damanik. Entahlah pemuda satu itu tampaknya punya magnet tersendiri untuk selalu menarikku, dan dia dengan kulit putih pucatnya, mata merahnya yang menawan, tubuhnya yang kuat, sifatnya yang sedingin kulitnya tetapi tetap ramah. Ah, dia memang sungguh menawan. Dan dia.......
Nita beranjak dari tempat tidurnya menuju ruang santai, berharap dapat menemukan orang yang dicarinya disana. Dan benar saja, dia ada disana.
“Aku perlu bicara denganmu” kata Nita singkat sambil beranjak pergi. Orang yang dimaksud hanya mengikutinya dari belakang.
Nita melangkah keluar gedung.
“Tidak ! Tidak keluar dari gedung. Cukup disini saja” ucap orang itu karena Nita terus melangkah menuju hutan terlarang. Nita tak memperdulikannya dan terus melangkah. Diikutinya langkah Nita yang telah lebih dahulu tiba dihutan, dia tidak bisa membiarkan gadi itu seorang diri di hutan.
“Sebaiknya kita kembali”
“Aku tau Gab. Aku tau apa dan siapa dirimu. Wajahmu, namamu bahkan suaramu memang tak pernah asing sejak kita bertama pertemu disini. Aku telah memutar otakku dan sampai pada spekulasi ini”
“Apa maksudmu ? Apa yang kau tau tentangku ?”
“Matamu, kulitmu, wajahmu, suaramu, aku kenal kau. Jauh sebelum aku di WHU, bertahun-tahun sebelum akhirnya kita terpisah dan tak bertemu lagi. Kau adalah vampire. Kau dan keluargamu, keluarga Damanik, tinggal di daerah dekat Wangshiton, cukup dekat dengan kediaman keluargaku dulu”
“Dan kau tak takut denganku ?”
“Takut ? Padamu ?”
“Ya. Kau tak takut padaku ? Kau tau aku bisa menggigitmu bukan ?”
“Kau takkan melakukannya, aku tau Gab”
“Bagaimana kau bisa seyakin itu ?”
“Jika kau ingin melakukannya, tentu kau sudah melakukannya sejak lama, sejak aku masih tinggal di kota kecil dekat Wangshiton. Sejak saat aku tau bahwa kau selalu mengawasiku sewaktu aku tinggal disana. Apa yang membawamu sampai kemari Gab ?”
“Aku mencarimu”
“Mencariku ? Untuk apa ?”
“Kau adalah anak dari Mrs. Merliane Diggory, anak dari pemegang kunci kota”
“Aku ? Aku tak mengerti apa maksudmu, ada apa dengan ibuku ? Ibuku sudah tewas hampir 6 tahun yang lalu”
“Aku tau. Aku ingin kau bersamaku”
“Apa ? Apakan ini ungkapan kau memintaku jadi pacarmu ?”
“Bukan bukan. Bukan itu maksudku” jawab Gabriel dengan pipi bersemu merah. Nita heran sebenarnya bagaimana vampire yang tak memiliki darah di dalam tubuhnya dapat membuat rona merah yang sangat manis di pipinya.
“Lalu ?”
“Aku hanya...” kalimat Gabriel terghenti karena sekelebat bayangan secepat kilat telah berdiri dibelakang Nita.
“Ya ?” tanya Nita yang tak menyadari ada sosok lain dibelakangnya. Secepat kilat pula Gabriel mendorong tubuh Nita hingga terjatuh menghantam tanah. Nita merasakan dorongan yang amat kuat dari Gabriel, nyeri ditubuhnya sangat luar biasa, mungkin tulangnya patah. Nita tak mengerti dengan semua yang terjadi dan sekarang dilihatnya Gabriel tengah bertarung dengan seorang yang tak tau siapa. Orang yang sungguh luar biasa kuat dan cepat, Nita melihat Gabriel kewalahan melawannya. Tetapi kepalanya berkunang-kunang dan semuanya menjadi gelap.
“Sam ! Aku takkan membiarkanmu menyentuhnya !” hardik Gabriel pada sosok yang tak dikenal tadi.
“Tak usah munafik, aku tau kaupun menginginkannya kan ?” tanyanya dengan seringai iblis.
“Aku tak selicik kau !”
“Tapi sayangnya kau takkan menang melawanku, dan gadis itu tetap akan menjadi milikku, menjadi santapanku. Mungkin dia akan menjadi santapan paling lezat yang pernah kumiliki. Darah murni dari penyihir kuno yang masih sangat murni, bercampur dengan darah raja srigala yang luar biasa. Aromanya benar-benar membuatku haus”
“Jangan bermimpi” seru Gabriel yang dengan cepat telah bersiap menonjok wajah Sam, tapi gerakan Sam lebih cepat, sepersekian detik kemudian kedua tangan Gabriel telah terkunci oleh Sam. Gabriel menggeram menunjukkan taringnya. Tapi Sam hanya tersenyum mengejek dan membanting tubuh Gabriel. Diinjaknya dada Gabriel sampai terdengar bunyi krek tulang yang patah.
Ditinggalkannya Gabriel dan menuju Nita yang terkapar tak berdaya, kesadarannya sudah hilang. Darahnya sungguh membuat Sam kelaparan. Diangkatnya kepala gadis itu, didekatkannya wajahnya ke lehernya yang jenjang, taringnya tampak bersinar terkena sinar bulan purnama. Seketika dirasakannya sebuah pukulan menghantam punggungnya. Dilihatnya Gabriel siap menerkamnya, dan secepat kilat dia menghindar.
“Sudah ku katakan jangan menyentuhnya !” geram Gabriel.
“Hahahaha kau sungguh lucu. Aku yakin kau tau bahwa kau takkan mampu mengalahkanku” seringainya dan dia sudah melesat menghantam Gabriel. Gabriel merasakan tubuhnya retak.
“Locomotor Mortis” seru seseorang. Tampak Proffesor Nazfa dn Proffesor Rowena telah tiba disana, juga Aro dan Alika. Sam tampak tak bisa menggerakkan kakinya. Tapi dia tak menyareh dan berusaha sekuat tenaga.
“Arrggggg !” erang Sam dan kemudian dia dengan bebas telah menghantam Proffesor Rowena. Hantaman yang sangat keras sehingga Proffesor Rowena langsung tak sadarkan diri.
“Stupefy” seru Proffesor Nazfa, meleset. Sam tampak mengarah ke Proffesor Nazfa. Aro segara mengambil tindakan melindungi Proffesor Nazfa. Dia segera lari menerjang Sam, dan saat itu pula tubuhnya berubah menjadi serigala yang besar. Hantaman yang cukup kuat untuk menghentikan Sam. Aro dan Sam segera bergelut tanpa kontrol. Aro menyerang dengan ganas, menggigit tubuh Sam dengan taring serigalanya yang kuat. Sam tak tinggal diam, di hantamnya Aro dan dilemparkannya ke arah batu besar di hutan itu.
BRAAAKK ! Batu itu gancur terhantam tubuh serigala besar Aro.
“Flipendo” seru Proffesor Nazfa. Kilatan putih menghempaskan Sam ke pohon besar, tetapi dia segera bangkit kembali. Diterjangnya Proffesor Nazfa.
“Stupefy” Alika mengarahkan wandnya ke Sam, tak berpengaruh. Setelah Proffesor Nazfa pingsan di hampirinya Alika. Dengan cepat dia telah mengunci tubuh gadis itu dan bersiap mengarahkan taringnya ke leher gadis itu sampai sebuah pukulan menghempaskannya menjauh dari Alika.
“Kau menjauhlah” kata Gabriel pada Alika tetapi tetap fokus pada Sam. Alika segera menurut. Dan saat itu melesatlah Aro menerjang Sam, Gabriel segera membantu. Ditahannya tubuh Sam, dan Aro menggigit kepala Sam, berusaha mematahkan kepala Sam dari lehernya, tetapi sangat berat. Tubuhnya terasa lebih kuat dari baja. Sam juga tak mau kalah, detendangnya menjauh tubuh Gabriel dan dilemparkannya tubuh Aro dari kepalanya.
Deng Deng Deng Deng
Dari kejauhan jam di Hogwarts berdentang, menujukkan pukul 12 malam. Cahaya bulan purnama tampak bersinar lebih terang. Tubuh Nita melayang ke angkasa, tepat di tengah sang bulan. Bersinar seperti sang dewi bulan, siap mengesekusi tersangka malam ini. Alika takjub melihatya, sungguh cantik dan mempesona, tetapi mengerikan.
Perlahan namun pasti, tubuh Nita menerjang ke arah Sam, semakin cepat, semakin cepat, sangat cepat ! Sam tak dapat mengelak. Dan. DUARRRRR! Sebuah ledakan keras timbul atas pertemuan Nita dengan Sam. Pendar keemasan menyelimuti mereka berdua dan sesaat kemudian, hanya cahanya bulan purnama yang menerangi. Nita tampak tergeletak tak berdaya, sedangkan tubuh sam mengilang bersama hilangnya pendar keemasan yang tadi menyelimutinya.
“Luar biasa cantik” lirih Gabriel sambil menghampiri Nita. Diangkatnya tubuh gadis yang tak sadarkan diri itu.
~~~
Aku adalah puteri bulan dari seorang penyihir berdarah murni dan seorang werewolf. Sungguh perpaduan yang aneh, tetapi juatru karena itulah tercipta diriku. Ibuku, Merliane Diggory adalah seorang penyihir berdarah murni yang memegang kunci kota kecil dekat Wangshiton. Kunci yang melindungi penduduknya dari para vampire di luar sana. Kunci dimana kau memegangnya, maka kekuatan abadi yang kau dapatkan. Luar biasa. Tak tertandingi. Kekuatan yang takkan berpindah tangan, kecuali kepada keturunannya. Dan karena itulah aku hidup. Karena kekuatan itu ada padaku. Dan karena itulah Sam mengejarku. Untuk mendapaktan kekuatanku dengan mengambil darah keturunan ini kedalam tubuhnya. Kekuatan yang akan bersikronisasi secara penuh saat usiaku lebih dari 17 tahun dan bulan purnama. Dan malam itu tepat aku berusia 17 tahun.
Aro dan Alika. Tak kusangka sebenarnya mereka adalah keturunan werewolf, keluarga dari ayahku. Sang alpha. Sang pemegang kuasa atas para werewolf. Dan karena itulah mereka disisku, untuk melindungiku.
Dan gabriel, entahlah. Sampai sekarang dia masih menjadi misteri hatiku. Dia sungguh berbeda, dan aku agak sangsi karena dia adalah seorang vampire juga, vampire yang dulu ku dikenal, vampire yang dulu menjadi musuh keluargaku, vampire yang juga jatuh cinta padaku sejak dia berusia 7 tahun, vampire yang selalu menjaga tidur malamku, dan dia melindungiku. Entah apa motif dibaliknya. Yang jelas aku rela jika Gabriel menginginkan darahku untuk menjadi yang tak terkalahkan.
Mungkin, mati ditangan orang yang kita cintai adalah pilihan terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar