Rabu, 10 April 2013

Y & M


" intinya aku seneng kita yang begini, bisa deket tanpa status pacaran atau apa itu namanya yang buat masing-masing kita jadi terbatas dalam bergaul. aku sih bebasin ajja kamu mau deket sama siapa juga, toh jodoh ga ada yang tau kan? aku juga ga mau kalau misal ada status malah nanti ada timbul cemburu-cemburu ga jelas kalau masing-masing kita deket sama lawan jenis, dan dampak nya dunia kita cuma sebatas aku sama kamu, aku ga mau kaya gitu, tapi kalau dari aku sendiri, aku serius jalanin hubungan ini sama kamu, udah bukan umurnya lagi ngasih label pacaran sama hubungan kita. Yang perlu kamu tau aku berharap kamu yang terakhir buat aku dan aku bakal berusaha supaya nantinya kita bisa jodoh. aku cuma mau setelah hari ini apapun yang terjadi sama kamu, aku maunya kamu cerita. Misal ada yang lagi deket sama kamu, ada yang naksir kamu, apa pun itu, aku juga begitu, aku bakal cerita tentang apapun yang tejadi sama aku di sini, jadi intinya kita saling terbuka dan saling jujur ajja. Gimana?"

Kalimat panjang itu membuat Tirta hanya bisa tertegun, nyaris ponsel yang ada di tangannya terjatuh, ini bukan karena Tirta tidak paham maksudnya, tapi karena kata-kata itu keluar dari mulut laki-laki yang selama ini memang sudah sangat dekat dengannya, kedekatan yang memang sejak dulu sulit dijelaskan dengan kata-kata maupun dengan status tapi membuat keduanya nyaman dengan kedekatan itu. Dan laki-laki itu nampaknya paham apa yang sudah sejak lama ada di dalam pikiran Tirta.

" hei...qo diem? kamu ga setuju? kamu mau nya kita disebut pacaran? kalo kamu mau nya kita pacaran berarti kita ga jauh lebih dari hubungan anak SMP atau SMA, kamu mau begitu? "  lelaki itu meneruskan kalimat nya.

" eh... emm... iya... aku tau qo... emmmm... eh... ya ampun aku boleh jujur ga ? " sebisa mungkin Tirta mengatur nada bicaranya agar terdengar biasa dan tidak gugup, namun nampaknya usahanya sia-sia, ia malah semakin sulit bicara. shock mungkin itu yang ia rasakan.

" Iyaa... mau jujur apa? " ujar suara diujung telepon ramah

" emmm... jujur aku kecewa sama kamu, mmmm..... " belum selesai Tirta bicara suara di ujung telepon itu kembali terdengar

" kenapa? kamu ga suka ya aku bilang gini? kamu ga suka karena aku ungkapin semua perasaan aku cuma lewat telepon? ga datang langsung, sambil bawa bunga, datang ke tempat romantis... Nta... buat aku mau secara langsung atau lewat telepon itu sama ajja... sama-sama butuh keberanian besar... Apapun jawaban kamu... aku hargai...maaf kalau ternyata ungkapan perasaan aku ke kamu malah buat kamu kecewa... " 
suara yang semula terdengar ramah kini makin lemah nyaris tidak terdengar

" heii... siapa yang bilang aku kecewa dengan semua yang kamu ucapin? ga usah sok tau deh... aku kecewa... ya kecewa karna setelah selama ini kenapa baru sekarang kita bisa sama-sama... hmmm makasih yaa..." 
Tirta tersenyum, bodoh memang jelas kan? senyum nya tak akan terlihat si pemilik suara di ujung telepon sana.

" Nta... mmmm... selamat malam ya... makasih juga " suara ramah itu terdengar lagi

tut...tut...tut...
sambungan telepon pun akhirnya terputus. 

Entah kenapa malam itu Tirta tak ingin jauh dari ponselnya...Ia sengaja tidak meletakkannya di meja yang ada di samping tempat tidurnya tempat ia biasa meletakan ponselnya... malam itu Tirta menggenggam ponselnya dan membiarkannya tertidur bersama. Dan malam itu menjadi malam indah lain dalam hidup Tirta. Sepanjang sisa malam, Tirta hanya bisa tersenyum geli mengingat betapa indah malam ini buatnya.

Terimakasih heii K A M U.... gumam Tirta sesaat sebelum akhirnya ia terlelap dalam mimpi indahnya malam itu.

=================================================================

#bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar