Mentari sudah menjalankan tugasnya, tapi
Intan masih berada pada posisi terakhirnya diatas kasur. Alarmnya pun
sudah dengan sekuat tenaga menepati janjinya, tapi sang pemilik belum
juga bangun dari singgasananya.
“Intan!! Bangun cepetan! Sekolah! Sekolah! Ayo bangun!” teriak seorang perempuan sambil menepuk-nepuk pipi Intan.
“Emm… apa sih Rast?! Lo tuh macem nenek gue tau, pagi-pagi buta gini udah teriak! Alarmnya aja belum bunyi.” Kata Intan yang masih memejamkan matanya.
“Heh! Pagi-pagi buta darimana? Setengah tujuh gini dibilang pagi buta?! Lagian ya, alarmnya udah nyanyi dari satu jam yang lalu tauuu!” seru Rasti.
“HAH?! APA?!! LO BILANG APAAA?! JAM SETENGAH TUJUH?!! ARGHH RASTI!! KENAPA GAK BILANG DARI TADI SIH??!!” Jeritnya histeris dan langsung meluncur kearah kamar mandi.
Rasti yang mendengar jeritan itu langsung menutup telinganya rapat-rapat, dia tidak mau dirinya mati konyol gara-gara mendengar jeritan yang tingginya mungkin sampai tujuh oktaf itu.
“Jeeh, dari tadi juga udah dibangunin! Tapi emang dasar lonya aja yang KEBO!” sahut Rasti.
Kini dua gadis putih nan cantik itu sedang berlarian menuju gerbang besar berwarna biru di seberang jalan. Dan tak lupa mereka berdoa kalau SANG WAKTU mau memberhentikan tugasnya untuk menolong mereka dari kata “TELAT”. Tapi SANG WAKTU terlalu bodoh jika mengabulkan doa konyol dari kedua gadis itu.
“Tan! Cepetan dong larinya! Kita telat nih! Gara-gara lo sih!” Omel Rasti yang berlari didepan Intan.
“Yeee… enak aja nyalahin gue! Harusnya lo ngasih tau gue dong kalo alarmnya udah bunyi!” Sahut Intan tak mau kalah.
“Dih malah nyalain balik?! Emang dasarnya lo yang KEBO!” Ditekannya kata terakhir oleh Rasti.
Mereka sudah memasuki area sekolah, dengan melangkah seperti pencuri yang sering muncul di film-film kartun, berjingkat-jingkat masuk kedalam kelas. Bersama perasaan yang begiiiitu lega, keduanya langsung menduduki kursi yang bersebelahan. Senang karena guru pengajar belum datang.
“Huh! Untung aja Bu Nuvha belum dateng, kalo udah… tewas kita Tan!” Seru Rasti.
“Iya Rast! Untung banget kita! Kalo kata si Rudi Corner tuh kita lagi BEJO! Hahaha. Eehh, kayaknya gue tau deh kenapa Bu Nuvha belum dateng!” kata Intan mengejek.
“Emangnya kenapa Tan?” Tanya Rasti penasaran.
“Pasti karena dia make-up an dulu tuh, biar nanti kalo ketemu Pak Kyo keliatan lebih WOW! Hahaha.” Canda Intan mengejek. Sebenarnya mereka tidak tau kalau orang yang sedang mereka ejek sengaja bersembunyi dibelakang meja kosong dan mereka pun belum sadar kalau Bu Nuvha sudah ada di belakang kedua gadis itu dan siap untuk memberi hukuman.
“INTAN!!! RASTI!!! ASYIK YA MENGOBROLNYA?!! SUDAH TELAT, MENGEJEK SAYA LAGI! KALIAN SAYA HUKUM UNTUK MEMBERSIHKAN GUDANG SEPULANG SEKOLAH NANTI!” Perintah wanita paruh baya yang memakai seragam guru berwarna biru itu.
“Ta.. tapi b.. bu… sayakan enggak eh tidak mengejek Ibu, yang mengejek Ibu kan Intan.” Bela Rasti.
“Eh? Kok lo nyalahin gue sih Rast?! Gue kan…” Ucap Intan terpotong.
“SUDAH! Kalian berdua sekarang K E L U A R!!” Potong Bu Nuvha dengan segudang emosi. Semua murid di kelas X IPA-I hanya bisa menahan tawa atau tertawa tanpa suara sebab mereka tidak mau bernasib sama dengan kedua teman kelasnya.
Sekarang pukul setengah satu siang, tapi mereka masih berada di lingkungan sekolah lebih tepatnya lagi di gudang sekolah menjalankan hukuman dari Guru Bahasa Indonesia yang diejeknya tadi pagi.
“Arghh… semua ini gara-gara lo Tan! Coba aja kalo lo gak bangun kesiangan dan gak ngejek-ngejekin Bu Nuvha pasti kita udah santai-santai di rumah.” Keluh Rasti membanting sapu yang ia pegang.
“Yee.. dari tadi pagi lo tuh kenapa sih Rast?! Ngomel-ngomel mulu! Cepet tua tau!” Sahut Intan mengalihkan topik.
“Gue cepet tua ya gara-gara lo! Dan gak usah ngalihin topik gitu dehh!” Rasti kini benar-benar kesal dengan Intan karena ulahnya dia tidak mengikuti pelajaran, dan sekarang dia harus menghabiskan waktu santainya untuk membersihkan gudang daaaan ya lebih paraaah, Intan gak ada rasa Tanggung Jawabnya untuk semua yang ia perbuat.
Intan tau jika Rasti marah besar dia pun langsung mengeluarkan jurus andalannya yang bisa membuat Sahabatnya itu bisa melupakan kejadian semua yang sudah terjadi, dia pun segera memeluk erat Rasti.
“Sorry ya Rast, karena gue lo jadi susah gini, gue janji gak bakal ngulangin lagi.” Kata-kata inilah yang ditunggu Rasti sejak tadi, dan Rasti pun membuat senyuman kecil untuk Intan tanda ia menerima permintaan maaf sang kawan.
Hukuman yang diberikan sudah selesai, kini mereka sedang berjalan pulang tapi tiba-tiba Intan teringat pesan penjaga sekolah sebelum mereka pulang untuk mengunci pintu gudang kembali.
“Oh iya lupa! Pintu gudangnya belum dikunci, gue kunci dulu ya! Tungguin gue loh!” Belum sempat Rasti menjawab, Intan sudah ngacir terlebih dahulu.
Selesai mengunci pintu iapun segera berlari kembali tetapi… BRUKK! Tubuh mungil Intan terlempar jatuh ke lantai.
“ADUHH! Sakit tau! Gimana sih jalannya?! Jangan kira karena badan gue kecil ya, jadi seenak jidat lo…” ehh ya ampunn keceee bangeeet. Pujinya dalam hati.
“Ehh, sorry yah! Gue gak sengaja, sini gue bantu!” Ucap seorang cowok sambil mengulurkan tangannya. “Hmm.. lo anak yang tadi pagi dihukum sama Bu Nuvha itu kan?!” Tanya cowok itu dengan polos. Intan sontak kaget mendengar pertanyaan itu, diapun langsung menepuk keningnya keras-keras karena malu.
“Ngg… ng.. i.. iyaa kok l.. lo bisa t.. tau?!” Tanya Intan gagap.
“Iya, soalnya gue liat lo pas disuruh keluar kelas, hehe.” Jawab cowok itu.
Aduhh! Parah! Parah! Paraaaah! Gawat banget nih! Beritanya pasti nyebar dehh! Yaah malu dehh! Akhhh! Sesalnya dalam hati.
“Oh iya, kenalin gue Zhee Goldstein, panggil aja Ozy, atau Oji juga boleh. Salam kenal” Kata sang cowok sambil mengulurkan tangan.
“Gu.. Gue Intan, Intan Charmichael salam kenal juga.” Balasnya menyambut uluran tangan itu. “Hmm… Zy, maaf ya, gue udah ditunggu temen nih. Gue duluan yah!” Ucap Intan berlalu pergi.
Intan begitu menyukai Ozy saat pertama kali bertemu, bola matanya yang biru, tubuh yang atletis, kulitya yang putih, rambutnya yang berwarna cokelat, dan wajah yang perpaduan antara Asia dan Eropa membuat Intan tak bisa melupakan Ozy.
Setelah hari itu, kedekatan mereka semakin terasa dekat sampai suatu hari, Ozy meminta Intan untuk menjadi pacarnya, Intan yang memang sangat menyukai Ozy dengan mantap menjawab “Mau!” saat ditanya Ozy.
“Rasti!! Gue udah punya pacar Rast! Gue punya pacar!! Yeyy!” Teriaknya gembira.
“Biar gue tebak! Ozy… iyakan?” Tebak Rasti yang sebenarnya sudah mengira kalau pasti Ozy.
“1000 buat lo! Iya Rast! Aaaa.. seneng deehh!” Ucapnya riang.
“Ciee, selamet ya!” Sahut Rasti. Sebenarnya, Rasti tak suka bila Ozy menjadi pacar Intan, tapi dengan melihat sahabatnya senang dia juga akan merasa senang.
“Rast? Rasti? Kok lo ngelamun sih?! Ada apa?” Tanya Intan menggerak-gerakkan telapak tangannya di depan wajah Rasti.
“E.. eh? Engg… enggak kok, gak ada apa!” Kata Rasti tersenyum.
“Oh iya Rast! Besok dia mau ngajak gue Hang out, kira-kira gue pake baju apa yah?” Kata Intan menarka-narka.
“Tan! Besokkan kita…” Saat Rasti menengok Intan sudah tak ada, dia sibuk bercermin melihat betapa cantiknya gadis itu.
Hmm… kayaknya besok Intan gak bisa nemenin gue buat ke makam Mama, yaudahlah gak apa-apa. Ucap Rast dalam hati.
Empat minggu berlalu, hubungan Intan dan Ozy semakin merenggang, Ozy jadi sedikit berubah, tidak lagi mengajak Intan untuk Hang Out lagi, untuk pulang sekolah bersama saja sudah tidak pernah, dan sudah satu minggu ini jika Intan mengunjungi kelas Ozy pasti selalu tidak ada.
“Eh Vynn! Lo liat Ozy gak? Lo kan temen kelasnya.” Tanya Intan,
“Tadi gue liat sih diperpus berdua sama cewek, gue kira itu lo.” Ucap Vynn berbohong.
“Sama cewek? Siapaa?” Tanya Intan dengan tenang, padahal dalam hatinya sudah seperti pabrik yang kebakaran.
“Wah, kalo itu gue gak tau, gue gak liat mukanya, yang gue liat dia berdua ke perpus sambil gini.” Kata Vyn sambil memeragakan orang yang sedang berpegangan tangan. Sebenarnya nona Slughorn ini tau siapa yang berpegangan dengan Ozy, tapi ia enggan bercerita.
Dengan sejuta kepercayaan kalau Ozy tak seperti yang dibilang teman kelasnya, dia langsung mengakhiri pembicaraan yang cukup memakan hatinya.
“Thanks ya Vynn buat infonya.” Intan tersenyum dan berlalu pergi menuju perpustakaan.
Tapi kepercayaan itu langsung hilang dengan sekejap saat melihat apa yang dikatakan Vynn benar, sangat terkejut Intan melihat Ozy sedang duduk bersebelahan dengan seorang gadis yang ia kenal.
“Defani? Defani Davies? Temen SMP gue! Diaa… dia… di.. hiks!” serunya nyaris tak bersuara. Intan langsung berlari mencari Rasti, tapi Rasti tak ditemukannya. Sekarang gadis itu sedang menangis terisak di sebuah taman kecil di dekat sekolahnya.
“Intan? Lo Intan kan? Eh, Lo kenapa? Kok nangis?” Tanya cowok yang langsung duduk disampingnya.
“I.. iya… Lo siapa?” Tanya Intan berbalik.
“Gue Ucal! Eh, maksudnya Nurzal, Nurzal Ackerley! Sepupunya Rasti, inget gue gak?” Kata cowok bernama Nurzal itu.
“Ucal? Nurzal…? Ooh! Iya iya gue inget! Kok lo bisa disini?” Tanya Intan lagi.
“Ada juga gue yang nanya lo, lo ngapain disini? And By the way, kok lo nangis?” Kata Nurzal berbalik tanya.
“Ehh… gue… gue cuma mau duduk disini aja, terus gue juga gak nangis kok, cuma tadi kelilipan aja, hehe.” Ucap Intan berbohong.
“Alah! Gak usah bohong deh! gue tau lo abis nangis! Bisa cerita gue? Siapa tau bisa bantu.” Ujar Nurzal memberi saran.
Mau tidak mau Intan harus menceritakan semuanya kepada Nurzal, dan saat bercerita panjang kali lebar, Intan semakin menjadi-jadi untuk menangis.
“Ozy Goldstein ya? Gue gak kenal sama dia, tapi gue kenal sama saudaranya. Siapa tau dia bisa bantu!” Ujar Nurzal.
“Serius?! Siapa Cal?!” Tanya Intan penasaran.
“Namanya Dion Goldstein! Dia satu sekolah sama gue.”
Sudah setengah jam Intan membuang waktunya untuk menunggu Nurzal, tetapi orang yang ditunggunya tak kunjung datang. Saat Intan hendak pergi karena bosan menunggu, Nurzal muncul dari balik gerbang taman. Intan menyambutnya dengan wajah, penasaran dan bete.
“Sorry Tan lama, ada jam tambahan soalnya.” Serunya dengan santai. “Oh iya, ini yang namanya Dion.” Ucapnnya lagi.
“Dion Goldstein!” Cowok yang bernama Dion itu mengulurkan tangannya.
“Intan! Intan Charmichael!” Uluran tangannya itu langsung disambut dengan hangat oleh Intan.
“To the point aja ya! Jujur gue sering liat Ozy sama cewek dan itu bukan lo! Awalnya gue kira itu pacarnya, soalnya pas itu cewek main ke rumah gue buat ketemu Ozy, dia ngakunya pacarnya Ozy, makanya gue kaget banget kalo ternyata pacarnya Ozy yang asli tuh bukan dia tapi elo!” Jelas Dion.
DEGH! Kalimat yang jujur nan tajam itu langsung menabrak hati Intan! Kini yang dia butuhkan sekarang hanyalah RASTI!
“Berarti dia…” tak sanggup untuk Intan melanjutkan kata-katanya.
“Gak lain dan gak bukan si Ozy berubah karena itu cewek!” Jawab Dion melanjutkan.
“Selingkuh maksud lo?!” Tanya Nurzal.
“Iya, apa lagi kalo bukan itu?” Sahut Dion.
… Hiks! Ozy.. lo tega Zy! Lo tega! Jahat banget lo sama gue!! Gue salah apa sih nyampe lo giniin gue?!! kata Intan dalam hati. Kini air mata Intan tak terbendung lagi diapun berlari mengikuti arah kakinya yang entah akan membawanya kemana.
“OZY!!! GUE BENCI LO! LO JAHAT! LO MANUSIA PALING JAHAT! NYESEL GUE KENAL SAMA LO! NYESEL BANGET GUE PERNAH SUKA SAMA LO! OZY!!!” Jeritnya histeris. “RAAASTI!! LO DIMANA?!! GUE BUTUH LO RAST, SEKARANG! Gue butuh lo… hhh! Gue.. gue…” Jeritnya lagi dengan terisak.
“Cuma buat sekarang aja?! Jadi lo dateng ke gue cuma saat lo ada masalah aja?” Kata Rasti yang tiba-tiba datang. Sebenarnya dari tadi Rasti selalu mengikuti kemana arah Intan dan kehadiran Nurzal yang tiba-tiba pun itu atas perintah Rasti.
“Rasti? Ozy Rast! Ozy…” Katanya terisak.
“Jawab pertanyaan gue! Gue ini sahabat lo atau…” Rasti sengaja menggantung kalimatnya. “Cuma sebatas Diary lo aja?!” Tanya Rasti dengan nada marah.
“Rast, gue gak ada maksud kayak gitu… gue… gue…” jelas Intan yang kehabisan kata-kata
“GUE BILANG… JAWAB PERTANYAAN GUE!!” Bentak Rasti yang mulai terhanyut oleh emosinya, dia tak sadar sudah membuka sisi paling gelap pada dirinya untuk dipertunjukan kepada sahabatnya.
“Lo sahabat gue Rast! Lo sahabat gue! Sorry kalo akhir-akhir ini gue… maafin gue Rast!” Peluk Intan.
“Lo harus tau… gimana rasanya jadi diary ya.. yang cuma diinget dan ditulis kalo dia lagi butuh dan ditinggalin gitu aja kalo dia udah selesai nutis, dan baru dibuka lagi kalo dia dapet goresan atau senyuman baru untuk ditulis, SAKIT TAN! SAKIIIT BANGETT!” Ucap Rasti terisak.
“Gue minta maaf Rast! Gue tau gue salah! Gue bodoh! Gue gak pantes jadi sahabat lo!” Sesal Intan.
“Lo inget kata-kata gue yang ini?! Gue diciptain buat nemenin lo, kita emang ditakdirin jadi sahabat dari kecil! Jadi gue gak mau denger lo bilang kalo lo gak pantes jadi sahabat gue! Ngerti?” Ucap Rasti.
“Tapi gue emang bodoh! Mentingin seorang yang abadi sedangkan yang setia ada didepan mata gue! Gue gak pantes Rast! Gue gak pantes jadi sahabat lo! Gue tuh pantesnya MATI!” Teriaknya.
“Lo inget Motto konyol kita pas SMP?! Lo sakit, gue sakit! Lo bahagia, gue bahagia! Lo MATI, GUE JUGA HARUS MATI! Karena apa? Kita udah satu paket! Kita sahabat.”peluk Rasti.
“Berarti secara gak langsung kalo gue mati, gue sama aja gue bunuh lo??” Tanya Intan.
“Yapp! Lo tau kenapa? Karena kalo lo mati dan gue masih hidup, gue bakal tersiksa karena gue gak bisa satu haripun ngabisin waktu gue sendiri tanpa lo didalamnya.” Seru Rasti mempererat pelukannya.
“Thanks banget Rast lo udah jadi sahabat terbaik gue. Gue emang bodoh udah pernah buat lo ngerasa cuma jadi diary gue aja. Maafin gue Rast!” Pinta Intan.
Intan sadar kalau Rasti memang ditakdirkan untuk menjadi sahabatnya, teman yang selalu menemani harinya, orang yang selalu ada untuknya tapi bukan sebagai buku Diary atau buku Jurnal, tapi sebagai SAHABAT! Kini mereka berdua akan membuat perhitungan untuk satu makhluk yang membuat Intan menjadi melupakan separuh jiwanya, OZY!
Esoknya, Rasti dan Intan sudah menyiapkan rencana spectacular hanya untuk Ozy dan Defani. Rencana yang bisa membuka mata serta mulut Ozy lebar-lebar dan memperhitungkan lagi jika mau memainkan perasaan Intan.
Hari yang ditunggupun telah tiba, Intan sengaja memilih hari Rabu karena hari ini sekolah sedang mengadakan perayaan hari berdirinya Sekolah Tercinta mereka, jadi khusus di hari itu murid-murid SMA GARUDA dibebaskan dari siksaan para penjajah.
Intan sudah menunggu Ozy dan Defani lewat, kenapa mesti dengan Defani, karena Intan sudah pasti tahu dengan Ozy mendengar kalau Intan tak masuk dihari itu dia akan bebas pergi kemana saja dengan Defani. Dan benar saja, Ozy baru saja lewat dengan menggandeng tangan Defani, Intan pun segera mengambil handphonenya yang ada di tas.
“Halo, Ozy. Kata bisa ketemu gak sekarang di cafe deket rumah aku?” Tanya Intan.
“He.. ngg… mm.. gak bisa Tan! Aku langi jalan sama Mamah soalnnya.” Ucapnya bohong.
“Lho? Emang kamu gak masuk sekolah?” ucap Intan memancing.
Aduhh! Bodoh banget gue! Umpat Ozy dalam hati. “…ngg, Tan?! Halo! Intan! Intan… Tan.. putus-putus nih! Udah dulu yah!” seru Ozy mengakhiri perbincangan dari seberang yang berlagak kehilangan sinyal.
“Haha! Part dua dimulai!” Ucap Intan berlari kearah Ozy, dan menggunakan topi hingga menutupi matanya. Dengan sengaja di tabraknya Defani dengan sangat keras sampai ia tersungkur.
“Heh! Gimana sih lo! Gak punya mata ya?! Kalo jalan dipake dong matanya!” Bentak Defani.
“Sorry! Setau gue sih, kalo jalan yang dipake kaki bukan mata!” kata Intan yang menyamarkan suaranya.
“Berani banget lo sama gue! Gak usah nyolot deh!” Bentak Defani lagi.
“Eman lo pikir lo siapa?! Anak Presiden? Anak Raja? Atau anak Tuhan?! Huh! Gak tau diri banget!” ujar Intan.
“Kurang ajar banget lo!” PLAKKK! Satu tamparan dari Defani mendarat di pipi mulus Intan, dan membuat topi yang dipasangnya terlempar.
“I.. I.. Intan!” Ucap Ozy terbata-bata.
“Oh ini orang yang di bilang MAMAH lo! Kok seumuran ya?” Tanya Intan berlagak bodoh.
“Tan.. a.. aku..” Ozy shock melihat orang yang ditampar pacarnya yang lain adalah pacarnya yang dibilang teman-temannya sedang izin.
“WOW! Tamparan pacar lo keras bener! Pipi gue aja nyampe berdarah! Hati-hati lo kalo mau mutusin dia!” ucap Intan berpaling menatap Defani. Orang yang menampar Intan langsung membuka mulutnya lebar-lebar.
“Gue salut Def sama lo! Lo bisa berubah cepet banget pas baru beberapa hari deket sama Ozy! Itu kereen! Baru tau gue kalo lo punya sifat yang kasar gini.” Kata Intan tersenyum menyindir.
“Oh iya! Gue mau ke kelas dulu ya! Bye! Longlast ya kalian!” katanya lagi sambil melambaikan tangan dan berlalu pergi. Ozy yang merasa direndahkan langsung mengejar Intan.
“Maksud kamu apa ngomong gitu sama dia?” Tanya Ozy penuh emosi.
“Dia? Dia siapa?” Tanya Intan berpura-pura.
“Alah! Jangan belagak bodoh deh!” Kata Ozy.
“Siapa sih yang belagak bodoh? Kalo ngomong tuh yang jelas dong!” Bentak intan.
“Defani! Maksud kamu ngomong gitu apa?” Tanya Ozy lagi.
“Ohh, bilang kek dari tadi. Gak ada apa-apa!” Jawab Intan santai.
“Jangan Bohong!” Bentak Ozy.
“Lho kok lo malah bentak-bentak gue?! Sekarang gue tanya! Yang BOHONG ITU SIAPA? GUE APA ELO?!” Tandas Intan. Ozy langsung mematung. “Diem kan lo! Hhh.. PENGECUT! Lagian ngapain juga lo ngebelain dia?! Lo siapa dia? Pacarnya?” ucap Intan lagi.
“Tann.. aku.. aku gak maksud..” ucapnya gagap.
“Sssttt! Udah lah yah! Gue gak mau ribut sama pengecut macem lo! Daaan satu lagi! Udah gak ada kata AKU, KAMU atau KITA karena gue udah punya orang yang pantes gue panggil KAMU!” Seru Intan berbohong.
“Maksudnya, kita putus?!” Tanya Ozy.
“Hm.. sebenernya gue lebih suka kalo lo ngomong KITA END! Atau KITA OFF! Atan juga KITA FINISH! Tapi kita putus juga boleh deh.” Ujarnya
“Lo gak bisa mutusin gue gitu aja dong! Gak bisa seenaknya gitu!” bentaknya tiba-tiba.
“Lho? Kenapa gak bisa?! Lo gak terima gue putusin?” Tandas Intan.
“Jelaslah enggak terima! Gue kan juga masih punya hak!” Bentak Ozy lagi.
“Hak selingkuh maksudnya?! Denger ya Zy! Gue.. bukan.. cewek.. yang kayak cewek baru lo itu.. yang bakal nangis pas denger lo selingkuh! Yang bakal frustasi pas lo bilang putus! Ngerti?!” sahutnya. “Gue tau kok lo selingkuh! Tapi sayang, gue lebih dulu ngeduain lo! Haha.” Tambahnya dengan bumbu kebohongan.
“Jadi lo..!” Putus Ozy. Intan yang mengerti kata-kata selanjutnya langsung memotong ucapan Ozy.
“Yapp! Lo bener! By the way, gue ke kelas dulu ya! DAH FANI! THANKS YA LO UDAH MAU MUNGUT BEKAS GUE! KARENA KALO BUKAN LO, GAK TAU DEH NASIBNYA GIMANA!” Teriak Intan menyindir dan berlalu pergi.
Semenjak kejadian itu, Ozy sudah tak terlihat lagi, kalaupun berjumpa, Ozy selalu menghindar dengan cara memutar balik arah atau membuang wajahnya agar tak berpandangan dengan mantannya itu. Intan dan Rasti langsung terkekeh senang melihat tingkah cowok aneh itu. Dan sekarang Intan berjanji pada Rasti, bahwa dia tidak akan lagi melupakan SAHABAT demi CINTA yang SESAAT.
(~^•^)~TAMAT~(^•^~)
“Intan!! Bangun cepetan! Sekolah! Sekolah! Ayo bangun!” teriak seorang perempuan sambil menepuk-nepuk pipi Intan.
“Emm… apa sih Rast?! Lo tuh macem nenek gue tau, pagi-pagi buta gini udah teriak! Alarmnya aja belum bunyi.” Kata Intan yang masih memejamkan matanya.
“Heh! Pagi-pagi buta darimana? Setengah tujuh gini dibilang pagi buta?! Lagian ya, alarmnya udah nyanyi dari satu jam yang lalu tauuu!” seru Rasti.
“HAH?! APA?!! LO BILANG APAAA?! JAM SETENGAH TUJUH?!! ARGHH RASTI!! KENAPA GAK BILANG DARI TADI SIH??!!” Jeritnya histeris dan langsung meluncur kearah kamar mandi.
Rasti yang mendengar jeritan itu langsung menutup telinganya rapat-rapat, dia tidak mau dirinya mati konyol gara-gara mendengar jeritan yang tingginya mungkin sampai tujuh oktaf itu.
“Jeeh, dari tadi juga udah dibangunin! Tapi emang dasar lonya aja yang KEBO!” sahut Rasti.
Kini dua gadis putih nan cantik itu sedang berlarian menuju gerbang besar berwarna biru di seberang jalan. Dan tak lupa mereka berdoa kalau SANG WAKTU mau memberhentikan tugasnya untuk menolong mereka dari kata “TELAT”. Tapi SANG WAKTU terlalu bodoh jika mengabulkan doa konyol dari kedua gadis itu.
“Tan! Cepetan dong larinya! Kita telat nih! Gara-gara lo sih!” Omel Rasti yang berlari didepan Intan.
“Yeee… enak aja nyalahin gue! Harusnya lo ngasih tau gue dong kalo alarmnya udah bunyi!” Sahut Intan tak mau kalah.
“Dih malah nyalain balik?! Emang dasarnya lo yang KEBO!” Ditekannya kata terakhir oleh Rasti.
Mereka sudah memasuki area sekolah, dengan melangkah seperti pencuri yang sering muncul di film-film kartun, berjingkat-jingkat masuk kedalam kelas. Bersama perasaan yang begiiiitu lega, keduanya langsung menduduki kursi yang bersebelahan. Senang karena guru pengajar belum datang.
“Huh! Untung aja Bu Nuvha belum dateng, kalo udah… tewas kita Tan!” Seru Rasti.
“Iya Rast! Untung banget kita! Kalo kata si Rudi Corner tuh kita lagi BEJO! Hahaha. Eehh, kayaknya gue tau deh kenapa Bu Nuvha belum dateng!” kata Intan mengejek.
“Emangnya kenapa Tan?” Tanya Rasti penasaran.
“Pasti karena dia make-up an dulu tuh, biar nanti kalo ketemu Pak Kyo keliatan lebih WOW! Hahaha.” Canda Intan mengejek. Sebenarnya mereka tidak tau kalau orang yang sedang mereka ejek sengaja bersembunyi dibelakang meja kosong dan mereka pun belum sadar kalau Bu Nuvha sudah ada di belakang kedua gadis itu dan siap untuk memberi hukuman.
“INTAN!!! RASTI!!! ASYIK YA MENGOBROLNYA?!! SUDAH TELAT, MENGEJEK SAYA LAGI! KALIAN SAYA HUKUM UNTUK MEMBERSIHKAN GUDANG SEPULANG SEKOLAH NANTI!” Perintah wanita paruh baya yang memakai seragam guru berwarna biru itu.
“Ta.. tapi b.. bu… sayakan enggak eh tidak mengejek Ibu, yang mengejek Ibu kan Intan.” Bela Rasti.
“Eh? Kok lo nyalahin gue sih Rast?! Gue kan…” Ucap Intan terpotong.
“SUDAH! Kalian berdua sekarang K E L U A R!!” Potong Bu Nuvha dengan segudang emosi. Semua murid di kelas X IPA-I hanya bisa menahan tawa atau tertawa tanpa suara sebab mereka tidak mau bernasib sama dengan kedua teman kelasnya.
Sekarang pukul setengah satu siang, tapi mereka masih berada di lingkungan sekolah lebih tepatnya lagi di gudang sekolah menjalankan hukuman dari Guru Bahasa Indonesia yang diejeknya tadi pagi.
“Arghh… semua ini gara-gara lo Tan! Coba aja kalo lo gak bangun kesiangan dan gak ngejek-ngejekin Bu Nuvha pasti kita udah santai-santai di rumah.” Keluh Rasti membanting sapu yang ia pegang.
“Yee.. dari tadi pagi lo tuh kenapa sih Rast?! Ngomel-ngomel mulu! Cepet tua tau!” Sahut Intan mengalihkan topik.
“Gue cepet tua ya gara-gara lo! Dan gak usah ngalihin topik gitu dehh!” Rasti kini benar-benar kesal dengan Intan karena ulahnya dia tidak mengikuti pelajaran, dan sekarang dia harus menghabiskan waktu santainya untuk membersihkan gudang daaaan ya lebih paraaah, Intan gak ada rasa Tanggung Jawabnya untuk semua yang ia perbuat.
Intan tau jika Rasti marah besar dia pun langsung mengeluarkan jurus andalannya yang bisa membuat Sahabatnya itu bisa melupakan kejadian semua yang sudah terjadi, dia pun segera memeluk erat Rasti.
“Sorry ya Rast, karena gue lo jadi susah gini, gue janji gak bakal ngulangin lagi.” Kata-kata inilah yang ditunggu Rasti sejak tadi, dan Rasti pun membuat senyuman kecil untuk Intan tanda ia menerima permintaan maaf sang kawan.
Hukuman yang diberikan sudah selesai, kini mereka sedang berjalan pulang tapi tiba-tiba Intan teringat pesan penjaga sekolah sebelum mereka pulang untuk mengunci pintu gudang kembali.
“Oh iya lupa! Pintu gudangnya belum dikunci, gue kunci dulu ya! Tungguin gue loh!” Belum sempat Rasti menjawab, Intan sudah ngacir terlebih dahulu.
Selesai mengunci pintu iapun segera berlari kembali tetapi… BRUKK! Tubuh mungil Intan terlempar jatuh ke lantai.
“ADUHH! Sakit tau! Gimana sih jalannya?! Jangan kira karena badan gue kecil ya, jadi seenak jidat lo…” ehh ya ampunn keceee bangeeet. Pujinya dalam hati.
“Ehh, sorry yah! Gue gak sengaja, sini gue bantu!” Ucap seorang cowok sambil mengulurkan tangannya. “Hmm.. lo anak yang tadi pagi dihukum sama Bu Nuvha itu kan?!” Tanya cowok itu dengan polos. Intan sontak kaget mendengar pertanyaan itu, diapun langsung menepuk keningnya keras-keras karena malu.
“Ngg… ng.. i.. iyaa kok l.. lo bisa t.. tau?!” Tanya Intan gagap.
“Iya, soalnya gue liat lo pas disuruh keluar kelas, hehe.” Jawab cowok itu.
Aduhh! Parah! Parah! Paraaaah! Gawat banget nih! Beritanya pasti nyebar dehh! Yaah malu dehh! Akhhh! Sesalnya dalam hati.
“Oh iya, kenalin gue Zhee Goldstein, panggil aja Ozy, atau Oji juga boleh. Salam kenal” Kata sang cowok sambil mengulurkan tangan.
“Gu.. Gue Intan, Intan Charmichael salam kenal juga.” Balasnya menyambut uluran tangan itu. “Hmm… Zy, maaf ya, gue udah ditunggu temen nih. Gue duluan yah!” Ucap Intan berlalu pergi.
Intan begitu menyukai Ozy saat pertama kali bertemu, bola matanya yang biru, tubuh yang atletis, kulitya yang putih, rambutnya yang berwarna cokelat, dan wajah yang perpaduan antara Asia dan Eropa membuat Intan tak bisa melupakan Ozy.
Setelah hari itu, kedekatan mereka semakin terasa dekat sampai suatu hari, Ozy meminta Intan untuk menjadi pacarnya, Intan yang memang sangat menyukai Ozy dengan mantap menjawab “Mau!” saat ditanya Ozy.
“Rasti!! Gue udah punya pacar Rast! Gue punya pacar!! Yeyy!” Teriaknya gembira.
“Biar gue tebak! Ozy… iyakan?” Tebak Rasti yang sebenarnya sudah mengira kalau pasti Ozy.
“1000 buat lo! Iya Rast! Aaaa.. seneng deehh!” Ucapnya riang.
“Ciee, selamet ya!” Sahut Rasti. Sebenarnya, Rasti tak suka bila Ozy menjadi pacar Intan, tapi dengan melihat sahabatnya senang dia juga akan merasa senang.
“Rast? Rasti? Kok lo ngelamun sih?! Ada apa?” Tanya Intan menggerak-gerakkan telapak tangannya di depan wajah Rasti.
“E.. eh? Engg… enggak kok, gak ada apa!” Kata Rasti tersenyum.
“Oh iya Rast! Besok dia mau ngajak gue Hang out, kira-kira gue pake baju apa yah?” Kata Intan menarka-narka.
“Tan! Besokkan kita…” Saat Rasti menengok Intan sudah tak ada, dia sibuk bercermin melihat betapa cantiknya gadis itu.
Hmm… kayaknya besok Intan gak bisa nemenin gue buat ke makam Mama, yaudahlah gak apa-apa. Ucap Rast dalam hati.
Empat minggu berlalu, hubungan Intan dan Ozy semakin merenggang, Ozy jadi sedikit berubah, tidak lagi mengajak Intan untuk Hang Out lagi, untuk pulang sekolah bersama saja sudah tidak pernah, dan sudah satu minggu ini jika Intan mengunjungi kelas Ozy pasti selalu tidak ada.
“Eh Vynn! Lo liat Ozy gak? Lo kan temen kelasnya.” Tanya Intan,
“Tadi gue liat sih diperpus berdua sama cewek, gue kira itu lo.” Ucap Vynn berbohong.
“Sama cewek? Siapaa?” Tanya Intan dengan tenang, padahal dalam hatinya sudah seperti pabrik yang kebakaran.
“Wah, kalo itu gue gak tau, gue gak liat mukanya, yang gue liat dia berdua ke perpus sambil gini.” Kata Vyn sambil memeragakan orang yang sedang berpegangan tangan. Sebenarnya nona Slughorn ini tau siapa yang berpegangan dengan Ozy, tapi ia enggan bercerita.
Dengan sejuta kepercayaan kalau Ozy tak seperti yang dibilang teman kelasnya, dia langsung mengakhiri pembicaraan yang cukup memakan hatinya.
“Thanks ya Vynn buat infonya.” Intan tersenyum dan berlalu pergi menuju perpustakaan.
Tapi kepercayaan itu langsung hilang dengan sekejap saat melihat apa yang dikatakan Vynn benar, sangat terkejut Intan melihat Ozy sedang duduk bersebelahan dengan seorang gadis yang ia kenal.
“Defani? Defani Davies? Temen SMP gue! Diaa… dia… di.. hiks!” serunya nyaris tak bersuara. Intan langsung berlari mencari Rasti, tapi Rasti tak ditemukannya. Sekarang gadis itu sedang menangis terisak di sebuah taman kecil di dekat sekolahnya.
“Intan? Lo Intan kan? Eh, Lo kenapa? Kok nangis?” Tanya cowok yang langsung duduk disampingnya.
“I.. iya… Lo siapa?” Tanya Intan berbalik.
“Gue Ucal! Eh, maksudnya Nurzal, Nurzal Ackerley! Sepupunya Rasti, inget gue gak?” Kata cowok bernama Nurzal itu.
“Ucal? Nurzal…? Ooh! Iya iya gue inget! Kok lo bisa disini?” Tanya Intan lagi.
“Ada juga gue yang nanya lo, lo ngapain disini? And By the way, kok lo nangis?” Kata Nurzal berbalik tanya.
“Ehh… gue… gue cuma mau duduk disini aja, terus gue juga gak nangis kok, cuma tadi kelilipan aja, hehe.” Ucap Intan berbohong.
“Alah! Gak usah bohong deh! gue tau lo abis nangis! Bisa cerita gue? Siapa tau bisa bantu.” Ujar Nurzal memberi saran.
Mau tidak mau Intan harus menceritakan semuanya kepada Nurzal, dan saat bercerita panjang kali lebar, Intan semakin menjadi-jadi untuk menangis.
“Ozy Goldstein ya? Gue gak kenal sama dia, tapi gue kenal sama saudaranya. Siapa tau dia bisa bantu!” Ujar Nurzal.
“Serius?! Siapa Cal?!” Tanya Intan penasaran.
“Namanya Dion Goldstein! Dia satu sekolah sama gue.”
Sudah setengah jam Intan membuang waktunya untuk menunggu Nurzal, tetapi orang yang ditunggunya tak kunjung datang. Saat Intan hendak pergi karena bosan menunggu, Nurzal muncul dari balik gerbang taman. Intan menyambutnya dengan wajah, penasaran dan bete.
“Sorry Tan lama, ada jam tambahan soalnya.” Serunya dengan santai. “Oh iya, ini yang namanya Dion.” Ucapnnya lagi.
“Dion Goldstein!” Cowok yang bernama Dion itu mengulurkan tangannya.
“Intan! Intan Charmichael!” Uluran tangannya itu langsung disambut dengan hangat oleh Intan.
“To the point aja ya! Jujur gue sering liat Ozy sama cewek dan itu bukan lo! Awalnya gue kira itu pacarnya, soalnya pas itu cewek main ke rumah gue buat ketemu Ozy, dia ngakunya pacarnya Ozy, makanya gue kaget banget kalo ternyata pacarnya Ozy yang asli tuh bukan dia tapi elo!” Jelas Dion.
DEGH! Kalimat yang jujur nan tajam itu langsung menabrak hati Intan! Kini yang dia butuhkan sekarang hanyalah RASTI!
“Berarti dia…” tak sanggup untuk Intan melanjutkan kata-katanya.
“Gak lain dan gak bukan si Ozy berubah karena itu cewek!” Jawab Dion melanjutkan.
“Selingkuh maksud lo?!” Tanya Nurzal.
“Iya, apa lagi kalo bukan itu?” Sahut Dion.
… Hiks! Ozy.. lo tega Zy! Lo tega! Jahat banget lo sama gue!! Gue salah apa sih nyampe lo giniin gue?!! kata Intan dalam hati. Kini air mata Intan tak terbendung lagi diapun berlari mengikuti arah kakinya yang entah akan membawanya kemana.
“OZY!!! GUE BENCI LO! LO JAHAT! LO MANUSIA PALING JAHAT! NYESEL GUE KENAL SAMA LO! NYESEL BANGET GUE PERNAH SUKA SAMA LO! OZY!!!” Jeritnya histeris. “RAAASTI!! LO DIMANA?!! GUE BUTUH LO RAST, SEKARANG! Gue butuh lo… hhh! Gue.. gue…” Jeritnya lagi dengan terisak.
“Cuma buat sekarang aja?! Jadi lo dateng ke gue cuma saat lo ada masalah aja?” Kata Rasti yang tiba-tiba datang. Sebenarnya dari tadi Rasti selalu mengikuti kemana arah Intan dan kehadiran Nurzal yang tiba-tiba pun itu atas perintah Rasti.
“Rasti? Ozy Rast! Ozy…” Katanya terisak.
“Jawab pertanyaan gue! Gue ini sahabat lo atau…” Rasti sengaja menggantung kalimatnya. “Cuma sebatas Diary lo aja?!” Tanya Rasti dengan nada marah.
“Rast, gue gak ada maksud kayak gitu… gue… gue…” jelas Intan yang kehabisan kata-kata
“GUE BILANG… JAWAB PERTANYAAN GUE!!” Bentak Rasti yang mulai terhanyut oleh emosinya, dia tak sadar sudah membuka sisi paling gelap pada dirinya untuk dipertunjukan kepada sahabatnya.
“Lo sahabat gue Rast! Lo sahabat gue! Sorry kalo akhir-akhir ini gue… maafin gue Rast!” Peluk Intan.
“Lo harus tau… gimana rasanya jadi diary ya.. yang cuma diinget dan ditulis kalo dia lagi butuh dan ditinggalin gitu aja kalo dia udah selesai nutis, dan baru dibuka lagi kalo dia dapet goresan atau senyuman baru untuk ditulis, SAKIT TAN! SAKIIIT BANGETT!” Ucap Rasti terisak.
“Gue minta maaf Rast! Gue tau gue salah! Gue bodoh! Gue gak pantes jadi sahabat lo!” Sesal Intan.
“Lo inget kata-kata gue yang ini?! Gue diciptain buat nemenin lo, kita emang ditakdirin jadi sahabat dari kecil! Jadi gue gak mau denger lo bilang kalo lo gak pantes jadi sahabat gue! Ngerti?” Ucap Rasti.
“Tapi gue emang bodoh! Mentingin seorang yang abadi sedangkan yang setia ada didepan mata gue! Gue gak pantes Rast! Gue gak pantes jadi sahabat lo! Gue tuh pantesnya MATI!” Teriaknya.
“Lo inget Motto konyol kita pas SMP?! Lo sakit, gue sakit! Lo bahagia, gue bahagia! Lo MATI, GUE JUGA HARUS MATI! Karena apa? Kita udah satu paket! Kita sahabat.”peluk Rasti.
“Berarti secara gak langsung kalo gue mati, gue sama aja gue bunuh lo??” Tanya Intan.
“Yapp! Lo tau kenapa? Karena kalo lo mati dan gue masih hidup, gue bakal tersiksa karena gue gak bisa satu haripun ngabisin waktu gue sendiri tanpa lo didalamnya.” Seru Rasti mempererat pelukannya.
“Thanks banget Rast lo udah jadi sahabat terbaik gue. Gue emang bodoh udah pernah buat lo ngerasa cuma jadi diary gue aja. Maafin gue Rast!” Pinta Intan.
Intan sadar kalau Rasti memang ditakdirkan untuk menjadi sahabatnya, teman yang selalu menemani harinya, orang yang selalu ada untuknya tapi bukan sebagai buku Diary atau buku Jurnal, tapi sebagai SAHABAT! Kini mereka berdua akan membuat perhitungan untuk satu makhluk yang membuat Intan menjadi melupakan separuh jiwanya, OZY!
Esoknya, Rasti dan Intan sudah menyiapkan rencana spectacular hanya untuk Ozy dan Defani. Rencana yang bisa membuka mata serta mulut Ozy lebar-lebar dan memperhitungkan lagi jika mau memainkan perasaan Intan.
Hari yang ditunggupun telah tiba, Intan sengaja memilih hari Rabu karena hari ini sekolah sedang mengadakan perayaan hari berdirinya Sekolah Tercinta mereka, jadi khusus di hari itu murid-murid SMA GARUDA dibebaskan dari siksaan para penjajah.
Intan sudah menunggu Ozy dan Defani lewat, kenapa mesti dengan Defani, karena Intan sudah pasti tahu dengan Ozy mendengar kalau Intan tak masuk dihari itu dia akan bebas pergi kemana saja dengan Defani. Dan benar saja, Ozy baru saja lewat dengan menggandeng tangan Defani, Intan pun segera mengambil handphonenya yang ada di tas.
“Halo, Ozy. Kata bisa ketemu gak sekarang di cafe deket rumah aku?” Tanya Intan.
“He.. ngg… mm.. gak bisa Tan! Aku langi jalan sama Mamah soalnnya.” Ucapnya bohong.
“Lho? Emang kamu gak masuk sekolah?” ucap Intan memancing.
Aduhh! Bodoh banget gue! Umpat Ozy dalam hati. “…ngg, Tan?! Halo! Intan! Intan… Tan.. putus-putus nih! Udah dulu yah!” seru Ozy mengakhiri perbincangan dari seberang yang berlagak kehilangan sinyal.
“Haha! Part dua dimulai!” Ucap Intan berlari kearah Ozy, dan menggunakan topi hingga menutupi matanya. Dengan sengaja di tabraknya Defani dengan sangat keras sampai ia tersungkur.
“Heh! Gimana sih lo! Gak punya mata ya?! Kalo jalan dipake dong matanya!” Bentak Defani.
“Sorry! Setau gue sih, kalo jalan yang dipake kaki bukan mata!” kata Intan yang menyamarkan suaranya.
“Berani banget lo sama gue! Gak usah nyolot deh!” Bentak Defani lagi.
“Eman lo pikir lo siapa?! Anak Presiden? Anak Raja? Atau anak Tuhan?! Huh! Gak tau diri banget!” ujar Intan.
“Kurang ajar banget lo!” PLAKKK! Satu tamparan dari Defani mendarat di pipi mulus Intan, dan membuat topi yang dipasangnya terlempar.
“I.. I.. Intan!” Ucap Ozy terbata-bata.
“Oh ini orang yang di bilang MAMAH lo! Kok seumuran ya?” Tanya Intan berlagak bodoh.
“Tan.. a.. aku..” Ozy shock melihat orang yang ditampar pacarnya yang lain adalah pacarnya yang dibilang teman-temannya sedang izin.
“WOW! Tamparan pacar lo keras bener! Pipi gue aja nyampe berdarah! Hati-hati lo kalo mau mutusin dia!” ucap Intan berpaling menatap Defani. Orang yang menampar Intan langsung membuka mulutnya lebar-lebar.
“Gue salut Def sama lo! Lo bisa berubah cepet banget pas baru beberapa hari deket sama Ozy! Itu kereen! Baru tau gue kalo lo punya sifat yang kasar gini.” Kata Intan tersenyum menyindir.
“Oh iya! Gue mau ke kelas dulu ya! Bye! Longlast ya kalian!” katanya lagi sambil melambaikan tangan dan berlalu pergi. Ozy yang merasa direndahkan langsung mengejar Intan.
“Maksud kamu apa ngomong gitu sama dia?” Tanya Ozy penuh emosi.
“Dia? Dia siapa?” Tanya Intan berpura-pura.
“Alah! Jangan belagak bodoh deh!” Kata Ozy.
“Siapa sih yang belagak bodoh? Kalo ngomong tuh yang jelas dong!” Bentak intan.
“Defani! Maksud kamu ngomong gitu apa?” Tanya Ozy lagi.
“Ohh, bilang kek dari tadi. Gak ada apa-apa!” Jawab Intan santai.
“Jangan Bohong!” Bentak Ozy.
“Lho kok lo malah bentak-bentak gue?! Sekarang gue tanya! Yang BOHONG ITU SIAPA? GUE APA ELO?!” Tandas Intan. Ozy langsung mematung. “Diem kan lo! Hhh.. PENGECUT! Lagian ngapain juga lo ngebelain dia?! Lo siapa dia? Pacarnya?” ucap Intan lagi.
“Tann.. aku.. aku gak maksud..” ucapnya gagap.
“Sssttt! Udah lah yah! Gue gak mau ribut sama pengecut macem lo! Daaan satu lagi! Udah gak ada kata AKU, KAMU atau KITA karena gue udah punya orang yang pantes gue panggil KAMU!” Seru Intan berbohong.
“Maksudnya, kita putus?!” Tanya Ozy.
“Hm.. sebenernya gue lebih suka kalo lo ngomong KITA END! Atau KITA OFF! Atan juga KITA FINISH! Tapi kita putus juga boleh deh.” Ujarnya
“Lo gak bisa mutusin gue gitu aja dong! Gak bisa seenaknya gitu!” bentaknya tiba-tiba.
“Lho? Kenapa gak bisa?! Lo gak terima gue putusin?” Tandas Intan.
“Jelaslah enggak terima! Gue kan juga masih punya hak!” Bentak Ozy lagi.
“Hak selingkuh maksudnya?! Denger ya Zy! Gue.. bukan.. cewek.. yang kayak cewek baru lo itu.. yang bakal nangis pas denger lo selingkuh! Yang bakal frustasi pas lo bilang putus! Ngerti?!” sahutnya. “Gue tau kok lo selingkuh! Tapi sayang, gue lebih dulu ngeduain lo! Haha.” Tambahnya dengan bumbu kebohongan.
“Jadi lo..!” Putus Ozy. Intan yang mengerti kata-kata selanjutnya langsung memotong ucapan Ozy.
“Yapp! Lo bener! By the way, gue ke kelas dulu ya! DAH FANI! THANKS YA LO UDAH MAU MUNGUT BEKAS GUE! KARENA KALO BUKAN LO, GAK TAU DEH NASIBNYA GIMANA!” Teriak Intan menyindir dan berlalu pergi.
Semenjak kejadian itu, Ozy sudah tak terlihat lagi, kalaupun berjumpa, Ozy selalu menghindar dengan cara memutar balik arah atau membuang wajahnya agar tak berpandangan dengan mantannya itu. Intan dan Rasti langsung terkekeh senang melihat tingkah cowok aneh itu. Dan sekarang Intan berjanji pada Rasti, bahwa dia tidak akan lagi melupakan SAHABAT demi CINTA yang SESAAT.
(~^•^)~TAMAT~(^•^~)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar